Muslimah dan Kesehatan

Puasa dan Kesehatan Anak

Posted on: 25/06/2016

Kurma_4850Bulan Ramadhan sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh kaum muslimin. Anak-anak juga tidak kalah semangat dengan orang dewasa dalam menyambut bulan suci yang mulia ini. Tidak jarang, anak-anak yang belum baligh sudah mengutarakan keinginannya untuk ikut berpuasa. Sebagai orangtua, tentu hal ini sangat menggembirakan sekaligus membanggakan. Namun, tidak sedikit pula orangtua yang justru menjadi khawatir dengan kesehatan anak jika mereka ikut berpuasa. Pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai kiat aman berpuasa bagi anak supaya tidak membahayakan kesehatannya. Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir lagi dan bisa mendukung keinginan anak untuk ikut berpuasa.

 

Manfaat Puasa Untuk Kesehatan Anak

Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah. Karena alasan itulah, banyak orangtua yang berniat mendidik anak untuk mengenal dan melakukan ibadah sedini mungkin. Hal ini tentu sangat baik, karena semakin dini seorang anak dikenalkan dengan ibadah, maka diharapkan akan menjadi kebiasaan dan terpatri di dalam jiwa anak mengenai pentingnya ibadah tersebut.

Ada begitu banyak manfaat puasa bagi kesehatan anak, diantaranya adalah pola atau jadwal makan menjadi lebih teratur sehingga berdampak positif bagi kesehatan lambung anak. Selain itu, dengan berpuasa, anak tidak lagi makan berlebihan sehingga kemngkinan anak mengalami obesitas (kegemukan) dapat dikurangi. Jajanan yang tidak sehat juga dapat dikurangi selama bulan puasa, karena otomatis anak tidak jajan sembarangan ketika siang hari. Hal ini, tentu akan mengurangi kemungkinan munculnya berbagai penyakit seperti diare dan demam typhoid (typhus) akibat memakan jajanan yang kurang bersih.

Selain manfaat yang dirasakan oleh tubuh, puasa juga bisa melatih kecerdasan emosional anak. Apalagi, anak-anak masih sangat tinggi kadar ego/keakuannya. Maka tidak heran jika kita melihat anak kecil berkelahi hanya karena berebut mainan atau menangis karena keinginannya tidak terpenuhi. Dengan berpuasa, anak-anak dilatih untuk menahan diri dari makan dan minum, padahal di luar bulan ramadhan, mereka bisa makan kapan saja. Jangan lupa untuk mengajarkan pada anak mengenai pentingnya menahan lisan dari berkata-kata yang tidak baik dan menahan diri dari amarah ketika ada hal-hal yang tidak disukai.

 

Sesuaikan Kemampuan Anak

Meski belum banyak dilakukan penelitian, sejauh ini belum pernah diketahui ada anak yang mengalami sakit atau gangguan kesehatan yang berat akibat berpuasa. Sebaiknya, ada tahap waktu yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik serta mental anak. Puasa setengah hari bisa diperkenalkan pada anak usia di bawah 6 tahun. Tentu saja, orang tua tetap harus memberikan pengertian pada anak bahwa ibadah puasa yang mereka lakukan masih bersifat “latihan” dan bukanlah ibadah puasa yang sesungguhnya. Di atas usia 6 tahun, kita bisa memperkenalkan puasa penuh namun tetap kita berikan kelonggaran jika sewaktu-waktu anak merasa tidak kuat sehingga ingin berbuka.

Usia memang bukan satu-satunya patokan, mengingat kemampuan puasa juga sangat dipengaruhi oleh niat dan tekad masing-masing anak. Anak yang berusia lebih muda terkadang justru lebih kuat berpuasa dibanding anak yang berusia jauh di atasnya. Tentu saja hal ini disebabkan oleh tekad baja si anak dalam menjalankan ibadah puasa.

 

Tetap Aktif dan Energik

Di bulan suci Ramadhan, banyak sekali kegiatan ibadah yang tentunya banyak menguras tenaga anak. Apalagi jika anak masih harus masuk sekolah, mengikuti les atau kursus, dan malamnya mereka masih bersemangat untuk sholat tarawih, belajar membaca Al-Qur’an, sahur dan lain-lain. Tetap aktif dan energik memang bagus selama bulan puasa, tapi kita harus sering mengingatkan anak untuk beristirahat. Sebagai orangtua, hendaknya kita mengatur jadwal tidur anak, karena mereka masih dalam usia pertumbuhan yang membutuhkan banyak istirahat. Jangan sampai terjadi gangguan keseimbangan fisiologis dalam tubuh anak, yang berakibat pada menurunnya kekebalan tubuh sehingga anak menjadi mudah sakit. Jangan memarahi anak jika mereka mengutarakan keinginan untuk berbuka sebelum waktunya. Jika memang anak merasa sudah tidak kuat melanjutkan puasanya, berikan izin sambil dinasehati untuk tetap menghormati orang yang berpuasa, dan terus motivasi anak untuk berlatih puasa.

 

Biasakan Menyantap Makanan Bergizi

Kita harus memperhatikan asupan gizi anak, karena dengan berkurangnya jadwal makan (dari 3 kali menjadi 2 kali sehari), ada kemungkinan terjadi penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi anak. Secara umum, prinsip pemilihan makanan dengan jumlah yang cukup dan gizi seimbang harus diutamakan. Peran ibu sangat penting dalam menyediakan menu sahur dan berbuka. Biasakan untuk selalu melengkapi menu makanan keluarga dengan sayur dan buah. Kurangi makanan yang menggunakan bahan pengawet, pewarna, dan penyedap rasa seperti vetsin/MSG (monosodium glutamat). Jika perlu, bisa ditambahkan suplemen khusus untuk anak sebagai pelengkap kebutuhan mineral dan vitaminnya.

 

Agar Puasa Anak Berjalan Lancar

Agar puasa anak berjalan lancar, orang tua bisa mempraktekkan kiat-kiat praktis berikut ini :

  • Berikan makanan yang tinggi kalori dan protein pada anak ketika sahur, supaya anak mempunyai cadangan energi yang cukup untuk beraktivitas selama berpuasa.
  • Cukupi kebutuhan cairan anak supaya tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan). Usahakan tercukupi 6-8 gelas cairan. Cairan yang dimaksud tidak hanya air putih, tapi termasuk juga susu, jus buah, kuah sayur, dan lain-lain.
  • Perhatikan jadwal tidur dan istirahat anak supaya tidak kekurangan atau justru berlebihan.
  • Ajak anak untuk sahur, karena sahur sangat penting untuk ketahanan anak dalam menjalankan puasa. Bangunkan dengan hati-hati dan terus motivasi anak untuk mau bangun sahur. Jangan menggunakan paksaan atau ancaman, karena hal tersebut sangat tidak baik untuk kondisi mental dan kejiwaan anak. Setelah selesai sahur, ajak anak untuk sholat subuh berjama’ah. Selain mengajarkan pentingnya sholat berjama’ah, kebiasaan ini juga bisa mengusir rasa kantuk pada anak. Usahakan supaya anak tidak langsung tidur kembali dengan perut penuh setelah makan sahur. Setelah sholat subuh, ajak anak untuk melakukan aktivitas yang tidak terlalu menguras tenaganya, seperti membaca Al-Qur’an, membacakan buku cerita untuk mereka, atau mengulang hafalan do’a sehari-hari. Hindarkan anak-anak dari aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain kejar-kejaran misalnya. Boleh juga mengajak mereka kembali tidur kalau masih ada waktu sebelum berangkat sekolah, tapi tentu saja jangan berlebihan, karena justru membuat badan menjadi lemas. Pada waktu siang, hendaknya anak tidur seperti biasanya supaya badan beristirahat setelah seharian beraktivitas. Sorenya anak boleh melakukan aktivitas yang lebih banyak, seperti berolahraga misalnya, tapi hendaknya dipilih waktu ketika mendekati saat berbuka puasa.
  • Hendaknya ibu menyiapkan menu makanan berbuka yang bergizi dan disukai anak, misalnya kurma yang dimakan langsung atau dimodifikasi menjadi puding kurma, kue kurma, es buah kurma dan lain-lain. Hal ini tentu akan makin menambah semangat anak. Apalagi, kurma merupakan salah satu makanan yang mengandung gula sederhana yang siap dipakai oleh tubuh. Selain itu, kurma mengandung kalori dan kalium tinggi yang mudah diserap oleh tubuh, dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Jangan lupa untuk mengajarkan do’a berbuka puasa dan ingatkan anak untuk selalu bersyukur dengan nikmat dari Allah ta’ala berupa hidangan berbuka. Jangan berlebihan dalam menyiapkan menu berbuka supaya melatih anak dari kebiasaan makan berlebihan.
  • Ajarkan adab makan pada anak kita supaya mereka makin mengenal indahnya Islam. Saat-saat sahur dan berbuka yang penuh kebersamaan sangat bermanfaat untuk mengenalkan anak pada ajaran Islam. Misalnya saja, kita jelaskan apa itu puasa, mengapa kita bangun untuk makan sahur, apa saja yang membatalkan puasa, dan sebagainya.
  • Menjelang tidur, kita bisa memberikan susu atau air madu untuk menambah tenaga bagi anak kita setelah mereka banyak melakukan aktivitas seharian.

 

Penutup

Tentu setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi buah hatinya. Tekad anak untuk bisa beribadah puasa tentu patut kita syukuri. Sebagai orangtua, hendaknya kita tidak melarang anak-anak ikut berpuasa, tapi justru harus mendukung tekad anak supaya puasa mereka berjalan dengan lancar. Terkadang ada yang melarang anak-anak berpuasa dengan alasan sebagai bentuk rasa kasih sayang. Padahal, salah satu bentuk rasa kasih sayang pada anak justru dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan syariat-syariat Islam dan membiasakannya. Tentu saja dengan tetap mempertimbangkan jangan sampai memberatkan atau memadharatkan anak-anak. Tak perlu khawatir kesehatan anak akan terganggu karena menjalankan ibadah puasa. Selain usaha-usaha yang ditempuh supaya anak tetap sehat ketika berpuasa, jangan lupa untuk berdo’a demi kebaikan dan kesehatan anak. Demikianlah penjelasan singkat mengenai puasa pada anak, semoga bermanfaat. Selamat menjalankan ibadah puasa.

Penulis : dr. Avie Andriyani (Ummu Shofiyya)

Sumber :

  1. Scott C. Litin, M.D (editor), Buku “Mayo Clinic, Family Health Book Edisi kedua”, Tahun 2007. Penerbit PT Intisari Mediatama, Jakarta.
  2. Widodo Judarwanto, SpA, “Kiat Aman Berpuasa untuk Anak”. Jawa Pos, 22 Agustus 2009.
  3. Hambrah Sri Atriadewi, “Atasi Gangguan Pencernaaan Saat Puasa dengan Konsumsi Kurma”. Healthy, edisi 01/tahun III/21 Agustus-3 September 2009.
  4. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Buku Metode Pengobatan Nabi,Tahun 2008. Penerbit Griya Ilmu.

3 Tanggapan to "Puasa dan Kesehatan Anak"

Artikelnya sangat bermanfaat.
tetap lanjutkan ya….

Menjadi bertambah wawasan ketika membacanya

Tinggalkan komentar

Buku Karyaku yang Pertama

Panduan Kesehatan Wanita
Flower_book

Wahai para ibu, berikanlah hak asASI bayimu!! 0 s.d 6 bln = ASI Eksklusif, setelah itu ASI + MPASI hingga 2 tahun

Ikon ASI

Daftar Artikel