Muslimah dan Kesehatan

MOGOK SEKOLAH??

Posted on: 09/01/2017


Bingung, sedih, dan marah mungkin dirasakan para orang tua yang mendapati anaknya mogok sekolah. Rutinitas di sekolah yang seharusnya menyenangkan adakalanya bisa menjadi momok bagi seorang anak dan bahkan bisa menyebabkannya jadi mogok sekolah. Ada banyak alasan yang membuat beberapa anak tiba-tiba jadi mogok dan tidak mau berangkat sekolah. Lalu, bagaimana seharusnya orangtua bersikap ketika anak mogok sekolah dan bagaimana mengatasinya? 
TANDATANDA SI KECIL MULAI MOGOK

Seorang anak yang mogok sekolah bisa saja menangis, rewel, atau terang-terangan mengatakan pada orang tuanya kalau dia tidak mau masuk sekolah lagi. Segala hal yang berkaitan dengan sekolah tidak lagi menarik perhatiannya. Aktivitas belajar malam hari yang sudah menjadi kebiasaan tidak lagi dilakukan. Buku dan peralatan sekolah pun tidak lagi dirapikan dan dipersiapkan. Jika orang tua mendapati perilaku anak yang tidak biasa, bisa jadi ini tanda-tanda anak mulai “enggan” bersekolah.

JALIN KOMUNIKASI DUA ARAH

Masih banyak orang tua yang langsung marah-marah ketika anak tidak mau berangkat sekolah. Bahkan tidak jarang langsung melabel anak dengan sebutan “anak malas” dan tak lupa membanding-bandingkannya dengan teman sekolahnya yang rajin dan berprestasi. Ekspresi kemarahan orang tua seperti ini justru akan semakin membuat anak jadi tidak berminat lagi pada aktivitas sekolah. 

Marah-marah pada anak tidak akan menyelesaikan masalah. Ingat, anak mogok sekolah tidak mesti karena dia malas. Dalam kondisi seperti ini, seharusnya orang tua mengajak anak berbicara dari hati ke hati. Jangan asal menuduh apalagi langsung memarahinya.

TIDAK ADA ASAP JIKA TIDAK ADA API

Orang tua seharusnya fokus mencari tahu penyebab mogoknya si anak, bukan sekedar memaksa anak agar mau kembali bersekolah. Ketika ditanya alasannya, tidak semua anak akan langsung mengutarakan alasan yang sebenarnya. Bisa jadi anak hanya akan menyebutkan kalau dia sedang malas atau tidak enak badan. Oleh karena itu, pentingnya pendekatan dan komunikasi pada anak. 

Orang tua jangan langsung menebak-nebak seperti mengajukan pertanyaan apakah dia dimarahi gurunya, apakah ada teman yang mengejeknya, dan lain-lain. Hindari pertanyaan yang mengarahkan dan awali dulu dengan obrolan ringan sebelum sampai pada pokok pertanyaan mengapa anak tidak mau sekolah. Sebagai contohnya, orang tua bisa mengajak anak mengobrol tentang betapa menyenangkannya bersekolah, seperti mendapat pahala dari Allah karena menuntut ilmu, mempunyai banyak teman, bisa bermain bersama, dan lain-lain. Biasanya secara spontan anak akan mulai menimpali obrolan orang tua dengan mengatakan bahwa menurut dia sekolah itu tidak menyenangkan dan kemudian menyebutkan alasan-alasannya. Saat itulah orang tua sebaiknya mendengarkan dulu keluh kesah anak, jangan memotong pembicaraannya. Barulah setelah anak selesai, orang tua bisa mulai menanggapi dan tentunya menawarkan solusi. 

CARI SOLUSI YANG TERBAIK

Apabila anak merasa jenuh, motivasi anak untuk semangat belajar dan pantang menyerah meski ada halangan atau masalah yang timbul. Ceritakan kisah para sahabat yang sangat bersemangat mencari ilmu meski harus menempuh perjalanan jauh. Jika masalahnya berkaitan dengan orang lain seperti teman atau guru, ajak anak untuk mencari solusinya. Orang tua tidak boleh menyepelekan alasan anak meski sekecil apapun. Bantulah anak menyelesaikan masalahnya dan pastikan semua sudah diselesaikan sebelum anak mulai bersekolah kembali. Jangan bermudah-mudah untuk menawarkan anak pindah sekolah, kecuali memang masalahnya sangat fatal dan pindah sekolah merupakan solusi terbaik. Kerjasama dengan pihak sekolah terkadang dibutuhkan untuk meyakinkan anak bahwa ia aman dan bisa bersekolah kembali dengan tenang. 

TIPS UNTUK MENCEGAH MOGOK SEKOLAH

Selalu damping anak ketika belajar, pastikan anak tidak merasa sendiri ketika dia sedang ada masalah.

Biasakan untuk mengajak anak mengobrol tentang kegiatannya di sekolah, tanyakan bagaimana perasaannya.

Biasakan anak untuk selalu menyiapkan keperluan sekolahnya pada malam hari sehingga pagi harinya anak siap untuk bersekolah dan tidak terburu-buru.

Sesekali undanglah teman-temannya ke rumah, perbolehkan mereka bermain bersama di rumah Anda ketika liburan. Dengan begitu, Anda bisa kenal dan dekat dengan teman-temannya. 

Hargailah hasil belajar anak dan jangan menuntutnya untuk selalu mendapatkan nilai yang baik atau bahkan membanding-bandingkannya dengan teman yang berprestasi. Beban pelajaran yang berat di sekolah akan semakin terasa berat jika ditambah dengan tuntutan dari orang tua.

Pada waktu liburan panjang, usahakan untuk tetap menjalankan rutinitas seperti bangun pagi, mandi pagi, dan sarapan. Kebiasaan bermalas-malasan selama liburan biasanya memicu keengganan anak untuk kembali bersekolah.

LIHAT PROSESNYA, JANGAN LIHAT HASILNYA

Kebanyakan orang tua hanya melihat hasil ulangan atau ujian anak. Seorang anak dinilai pintar atau bodoh dengan angka-angka di rapotnya. Padahal, seharusnya orang tua menyadari bahwa proses belajar itu lebih penting. Yang lebih penting adalah anak mau belajar dan berkarya apapun hasilnya. Hargailah karakter dan bakat anak, karena tidak semua anak berprestasi di bidang akademik. Lejitkan potensi yang dimiliki anak karena setiap anak memiliki potensinya masing-masing. Selamat mendidik dan semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang terbaik bagi putra-putri kita.

Tinggalkan komentar

Buku Karyaku yang Pertama

Panduan Kesehatan Wanita
Flower_book

Wahai para ibu, berikanlah hak asASI bayimu!! 0 s.d 6 bln = ASI Eksklusif, setelah itu ASI + MPASI hingga 2 tahun

Ikon ASI

Daftar Artikel