Muslimah dan Kesehatan

“Perpustakaan Danau Angsa”, Sekeping Kenangan Masa Kecil

Posted on: 26/03/2017

Di deket warung tempat aku biasa belanja sayur, ada toko elektronik yang bikin aku exciting. Bukan karena barang-barang elektronik yang dijual, tapi karena di teras toko itu disediakan rak dengan banyak buku berjajar rapi (kebanyakan buku untuk anak-anak) dilengkapi dengan tulisan “silakan baca di tempat, GRATIS”. Wow, hari gini masih ada ya yang peduli dengan kegiatan membaca buku??!

Karena penasaran, aku sengaja beli lampu kecil di toko itu. Toko itu sebenarnya rumah tinggal tapi terasnya dialihfungsikan jadi toko kecil dan dijaga sendiri oleh pemiliknya, yaitu sepasang suami istri yang sudah lumayan sepuh. Dari ngobrol2 dengan si istri, beliau berdua ini sebenarnya punya anak tapi sudah besar dan berkeluarga. Sesekali beliau ke puncak untuk menengok anak dan cucunya. Nah, buku2 yang dipinjamkan gratis itu adalah buku bekas punya anaknya tapi kuliat kondisinya masih sangat bagus. Ibu itu mempersilakan anak2ku untuk baca2 disini. Tempatnya lumayan nyaman, dilengkapi dengan meja dan kursi baca. Anak2ku ternyata sudah asyik membaca sementara aku ngobrol dengan ibunya.

Kenapa aku tertarik? Karena aku pernah ada di posisi ibu tersebut, tentunya dengan jalan cerita yang berbeda. Ya, aku dan kakak perempuanku pernah punya “perpustakaan” mungil. Sebenarnya ga bisa disebut perpustakaan sih karena jelas tidak memenuhi kriteria sebagai perpustakaan. Jadi tiap liburan sekolah, aku dan kakakku akan menggelar tikar di bawah pohon jambu air dan pohon mangga di halaman rumah kami kemudian menata koleksi buku bacaan kami dengan rapi. Tak lupa kami lengkapi dengan tulisan nama perpustakaannya yaitu “Perpustakaan Danau Angsa” dan keterangan kalau kami menyewakan buku gratis untuk dibaca di tempat. Boleh juga kalau mau dibawa pulang tapi bayar 25 rupiah kalo ga salah inget. Sebenarnya cuma biar disiplin mbalikin buku aja sih, pada asalnya tetap gratis. Meskipun beberapa buku tidak kembali tapi kami tidak kapok dan rutin membuka perpustakaan kami.

Kalo inget memori ini, aku dan kakakku suka ketawa-ketawa, kita gak nyangka di usia kita yang masih SD waktu itu sudah kepikiran buka perpustakaan. Kata kakakku demi mencerdaskan kehidupan anak-anak di kampung kami..

Alhamdulillah orangtua sangat mendukung dan tidak melarang, bahkan mereka tidak pernah marah meski tau resikonya buku bisa lecek atau bahkan gak kembali. Hampir tiap pekan kami diajak orangtua ke toko buku, ga selalu beli, kadang baca-baca aja. Sedangkan koleksi majalah kami kebanyakan pemberian paman yang bekerja di sebuah kantor penerbitan dan toko buku di Jakarta.

Dari sekian banyak buku yang dibolehkan untuk dibaca, orangtua kami punya aturan ketat tidak boleh baca komik. Entah komik manga atau yang lainnya. Alhamdulillah banyak benernya juga sih larangan itu, karena pernah baca sekilas kok isinya kayak gitu ya, kurang bermanfaat dan tidak mendidik.

Nah, sekarang ini mulai mbiasain anak-anak untuk nata buku2 bacaannya. Secara berkala juga mereka ngerapiin dan menata ulang buku di rak. Karena yang namanya dibaca banyak orang plus ada si bungsu yang hobi mberantakin, jadi perlu lebih sering ditata2. Untuk budget beli buku sih belum ada yang khusus atau terjadwal, biasanya beli insidental aja. Aku dan suami sih termasuk tipe konvensional dalam mendidik anak, lebih suka anak baca buku daripada pinter ngoperasikan gadget. Gaptek dong ? Biar aja lah, masih kecil juga. Toh tekhnologi  bisa (baca : mudah) di pelajari nanti pada usia mereka yang lebih matang insyaallah..

Mudah-mudahan Allah memberkahi usaha pasangan suami istri yang meminjamkan buku gratis untuk anak-anak tadi. Dan semoga kami nantinya bisa mengajari anak-anak kami untuk berbagi meski hanya sekedar meminjamkan buku2 yang kami miliki. Semoga suatu saat nanti.. Insyaallah..

Tinggalkan komentar

Buku Karyaku yang Pertama

Panduan Kesehatan Wanita
Flower_book

Wahai para ibu, berikanlah hak asASI bayimu!! 0 s.d 6 bln = ASI Eksklusif, setelah itu ASI + MPASI hingga 2 tahun

Ikon ASI

Daftar Artikel